Bisnis Perkebunan Kakao

A. Prospek Bisnis Perkebunan Kakao

Bisnis perkebunan kakao. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup penting. Pada tahun 2010, Indonesia merupakan tiga besar produsen kakao di dunia dengan produksi 844.630 ton. Jumlah ekspor kakao dari Indonesia pada tahun 2009 sebesar 535.240 ton (Ditjenbun, 2010). Namun ironisnya, tanaman kakao yang ada saat ini berumur sekitar tiga puluh tahunan, sehingga produktivitasnya sudah tidak optimal. Karena itu, peremajaan tanaman kakao merupakan suatu peluang besar untuk berinvestasi di bidang agrobisnis.

bisnis perkebunan kakao

Terlebih, investasi budi daya kakao juga didukung oleh perkembangan harga kakao yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data, harga kakao di Intercontinental Exchange (ICE) sejak tahun 2006 hingga 2011 meningkat pesat dari $1.500 hingga puncaknya mencapai $3.700 per ton pada bulan April 2011. Nilai tersebut diperkirakan akan terus meningkat karena konsumsi olahan kakao semakin tinggi saat memasuki musim dingin dan perayaan hari besar keagamaan. Sementara itu, produksi kakao dunia mengalami penurunan akibat musim kemarau yang panjang.

B. Persiapan Lahan Perkebunan Kakao

  1. Pastikan lokasi penanaman memenuhi kriteria teknis kesesuaian lahan untuk kakao. Biasanya kakao akan tumbuh optimal di daerah dengan curah hujan 1.250—2.500 mm/tahun dengan lama bulan kering 0—3 bulan, terletak di ketinggian tempat 0—300 m dpl (kakao lindak) dan 0—600 m dpl (kakao mulia), kemiringan lahan maksimum 15%, dan pH tanah 6—7.
  2. Bersihkan ilalang dan gulma lainnya secara mekanis atau kimiawi.
  3. Jika lahan berkontur tidak rata, buat teras searah dengan garis kontur agar aliran air di dalam teras tidak deras.
  4. Gunakan tanaman penutup tanah (land cover crop) seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, dan Calopogonium mucunoides untuk menghambat pertumbuhan gulma.
  5. Tentukan titik tanam dengan menancapkan ajir. Umumnya, kakao yang ditanam secara monokultur menggunakan jarak tanam 3 x 3 m atau 4 x 2 m.
  6. Satu tahun sebelum menanam pohon kakao, tanam pohon penaung untuk mengatur intensitas cahaya saat tanaman kakao ditanam. Beberapa jenis pohon pelindung di antaranya kelapa, lamtoro, albasia, dan pisang. Pada tahun ketiga, jumlah pohon pelindung dikurangi hingga menyisakan satu pohon pelindung untuk tiga pohon kakao. Jarak tanam pohon pelindung umumnya berada 75—100 cm dari barisan tanaman kakao.
  7. Pada 3—6 bulan sebelum penanaman, buat lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm.

C. Persiapan Bibit Kakao

  1. Pastikan bibit yang akan ditanam berasal dari pembibit yang telah dipercaya dan terbukti membibitkan dari klon unggul benih kakao. Benih dapat diperoleh dari sumber benih atau instansi terkait yang telah memiliki sertifikasi, seperti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Pusat Teknologi Perbenihan (PTP) di berbagai daerah, dan beberapa perusahaan benih yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Klon kakao yang biasa ditanam petani di antaranya ICCRI 01, ICCRI 02, ICCRI 03, dan ICCRI 04.
  2. Pastikan bibit memenuhi kriteria sebagai berikut.

- Bibit berumur 4—6 bulan.

- Mempunyai paling sedikit 12 helai daun yang sudah tua.

- Tinggi bibit 50 cm dan diameter batang 1,5 cm.

- Pada saat dipindah, bibit tidak sedang bertunas.

D. Penanaman Bibit Kakao dengan Benar

  1. Tempatkan campuran pupuk kandang dengan tanah (1 : 1) di dalam lubang tanam, lalu taburkan pupuk TSP 1—5 gram per lubang tanam.
  2. Pada saat bibit kakao ditanam, pohon naungan harus sudah berumur satu tahun. Jika penanaman kakao menggunakan pola tumpang sari, tidak perlu naungan.
  3. Tempatkan bibit siap tanam di dalam lubang tanam. Pastikan bibit berada tepat di bagian tengah lubang tanam.
  4. Tutup lubang tanam menggunakan tanah galian. Padatkan permukaan tanah agar bibit tetap tertanam kokoh.

E. Melakukan Pemeliharaan Kakao Sesuai Prosedur

  1. Lakukan pemupukan menggunakan jenis dan dosis pupuk yang sesuai dengan kondisi tanah. Umumnya, pupuk yang banyak digunakan petani kakao adalah urea 370 kg/ha, SP-36 310 kg/ha, dan KCl 420 kg/ha.
  2. Pada musim kemarau, lakukan penyiraman dua kali sehari, pada pagi dan sore hari sebanyak 2—5 liter/pohon.
  3. Lakukan pemangkasan untuk membentuk cabang yang seimbang dan pertumbuhan kakao yang baik. Berikut tiga jenis pemangkasan yang biasa dilakukan oleh petani.

- Pemangkasan bentuk, dilakukan pada kakao yang berumur 1—2 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet). Dalam pemangkasan bentuk, sisakan tiga cabang primer yang kondisinya baik dan letaknya simetris.

- Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan dengan cara memangkas atau menghilangkan tunas air (wiwilan) di batang pokok atau cabang. Pemangkasan dilakukan dua bulan sekali.

- Pemangkasan produksi, bertujuan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam tajuk kakao, tetapi  tidak secara langsung. Pemangkasan ini dapat merangsang pembentukan bunga.

- Pemangkasan produksi dilakukan enam bulan sekali.

  • Lakukan penyiangan gulma minimum enam bulan sekali. Pengendalian gulma ini dapat dilakukan secara manual atau menggunakan herbisida berbahan aktif glifosat dan paraquat. Penggunaannya disesuaikan dengan dosis yang tertera di label kemasan.
  • D. Melakukan Panen dan Pascapanen Kakao dengan Baik

    1. Panen kakao dengan cara memetik buah yang tepat masak. Buah yang boleh dipetik berwarna kuning atau merah dengan umur 5,5—6 bulan dari berbunga.
    2. Usahakan pemanenan dilakukan pada pagi hari, sehingga proses pemecahan buah dapat dilakukan pada siang harinya.
    3. Gunakan pisau tajam untuk memotong tangkai buah.
    4. Potong tangkai buah dengan menyisakan sepertiga bagian tangkai. Pemetikan jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Hal ini berisiko mengganggu pembungaan atau pembentukan buah.
    5. Setelah panen, lakukan sortasi buah untuk memisahkan buah sehat dari buah yang terserang penyakit, busuk, atau cacat.
    6. Untuk memperoleh keseragaman kematangan buah dengan cita rasa yang lebih baik, peram buah selama 5—12 hari di lokasi penimbunan yang bersih dan terhindar dari panas matahari secara langsung.
    7. Setelah selesai diperam, pecahkan buah menggunakan pemukul kayu untuk mengeluarkan dan memisahkan biji dari kulit dan plasentanya.
    8. Fermentasikan biji untuk memudahkan pelepasan zat lender dari permukaan kulit biji.
    9. Keringkan biji untuk menurunkan kadar air hingga kurang dari 7,5%.
    10. Lakukan sortasi sesuai mutu biji yang dihasilkan.
    11. Kemas biji hasil sortasi menggunakan karung yang telah diberi label.

    E. Kendala dan Solusi Bisnis Perkebunan Kakao

    Kendala

    Solusi

    Tingginya serangan cendawan, penyakit, dan buah busukLakukan pemeliharaan tanaman dengan cara memangkas cabang yang tidak produktif, mengendalikan organisme pengganggu, menjaga sanitasi lahan, dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit.
    Rendahnya kualitas kakao Indonesia di mata duniaLakukan perbaikan teknis pemanenan dan pascapanen. Usahakan kakao dipanen saat matang penuh dengan warna kulit kuning atau merah. Pemanenan buah yang sudah lewat matang akan menurunkan rendemen lemak dan menambah presentasi biji cacat. Sementara itu, pemanenan buah muda akan menghasilkan biji kakao yang bercita rasa khas cokelat yang tidak maksimal, rendemen rendah, presentase biji pipih tinggi, dan kadar kulit biji tinggi.

    F. Analisis Usaha Perkebunan Kakao

    a. Asumsi

    1. Lahan yang digunakan merupakan lahan pribadi seluas satu hektare.
    2. Reinvestasi dilakukan setiap lima tahun.
    3. Masa produksi kakao selama 20 tahun dan mulai menghasilkan pada tahun ke-5.
    4. Jumlah bibit yang dibutuhkan untuk jarak tanam 3 x 3 m adalah 1.111 bibit. Pengadaan bibit ditambahkan 10% untuk bibit sulam.
    5. Harga kakao tanpa fermentasi diasumsikan Rp21.500 per kilogram.

    Rincian Biaya

    Biaya investasi bertanam kakao

    Komponen

    Harga (Rp)

    Jumlah

    Satuan

    Reinvestasi

    Tahun ke-1

    Tahun ke-5

    Tahun ke-10

    Tahun ke-15

    Hand sprayer

    350.000

    2

    Buah

    700.000

    700.000

    700.000

    700.000

    Cangkul

    50.000

    10

    Buah

    500.000

    500.000

    500.000

    500.000

    Garpu

    50.000

    8

    Buah

    400.000

    400.000

    400.000

    400.000

    Pompa air dan selang

    1.000.000

    1

    Buah

    1.000.000

    1.000.000

    1.000.000

    1.000.000

    Wheel barrow

    200.000

    3

    Buah

    600.000

    600.000

    600.000

    600.000

    Ember

    25.000

    10

    Buah

    250.000

    250.000

    250.000

    250.000

    Sabit

    20.000

    5

    Buah

    100.000

    100.000

    100.000

    100.000

    Ajir

    500

    500

    Buah

    250.000

    -

    -

    -

    Biaya investasi

    3.800.000

    3.550.000

    3.550.000

    3.550.000

    Total biaya investasi

    14.450.000

    Biaya variabel bertanam kakao

    Komponen

    Harga

    (Rp)

    Jumlah

    Satuan

    Biaya tahun ke- (Rp)

    1

    2

    3

    4

    5

    6-20

    Biaya Input Bibit kakao

    5.000

    1.200

    Bibit

    6.000.000

    -

    -

    -

    -

    -

    Pupuk kandang

    10.000

    600

    Karung

    6.000.000

    -

    -

    -

    -

    -

    Urea 3.600

    370

    Kg

    1.332.000

    1.332.000

    1.332.000

    1.332.000

    1.332.000

    19.980.000

    SP-36 6.000

    310

    Kg

    1.860.000

    1.860.000

    1.860.000

    1.860.000

    1.860.000

    27.900.000

    KCl 7.500

    420

    Kg

    3.150.000

    3.150.000

    3.150.000

    3.150.000

    3.150.000

    47.250.000

    Pestisida

    75.000

    2

    Kg

    150.000

    150.000

    150.000

    150.000

    150.000

    2.250.000

    Herbisida

    75.000

    2

    Liter

    150.000

    150.000

    150.000

    150.000

    150.000

    2.250.000

    Biaya Tenaga kerja Persiapan lahan

    35.000

    60

    HOK

    2.100.000

    -

    -

    -

    -

    Pembuatan lubang tanam

    35.000

    39

    HOK

    1.375.000

    -

    -

    -

    -

    -

    Penanaman bibit kakao

    35.000

    13

    HOK

    458.333

    -

    -

    -

    -

    -

    Penyulaman

    35.000

    5

    HOK

    175.000

    -

    -

    -

    -

    -

    Pemupukan

    35.000

    8

    HOK

    275.000

    275.000

    275.000

    275.000

    275.000

    4.125.000

    Penyiangan gulma

    35.000

    34

    HOK

    1.200.000

    1.200.000

    1.200.000

    1.200.000

    1.200.000

    18.000.000

    Pemberantasan HPT

    35.000

    8

    HOK

    280.000

    280.000

    280.000

    280.000

    280.000

    4.200.000

    Pemangkasan

    35.000

    23

    HOK

    800.000

    800.000

    800.000

    800.000

    800.000

    12.000.000

    Panen dan pascapanen

    35.000

    160

    HOK

    -

    -

    -

    -

    5.600.000

    84.000.000

    Biaya variabel per tahun

    6.663.333

    9.197.000

    9.197.000

    9.197.000

    9.197.000

    221.955.000

    Total biaya variabel

    265.406.333

    Total biaya operasional = Total investasi + Total biaya variabel

    = Rp14.450.000 + Rp265.406.333

    = Rp279.856.333

    b. Pendapatan dan Keuntungan Bisnis Perkebunan Kakao

    1. Pendapatan

    Tahun ke-

    Jumlah Panen (Kg)

    Harga (Rp)

    Pendapatan (Rp)

    Pengeluaran (Rp)

    Keuntungan (Rp)

    1

    0

    21.500

    0

    10.463.333

    -10.463.333

    2

    0

    21.500

    0

    9.197.000

    -9.197.000

    3

    400

    21.500

    8.600.000

    9.197.000

    -597.000

    4

    650

    21.500

    13.975.000

    9.197.000

    4.778.000

    5

    900

    21.500

    19.350.000

    12.747.000

    6.603.000

    6

    1.100

    21.500

    23.650.000

    14.797.000

    8.853.000

    7

    1.250

    21.500

    26.875.000

    14.797.000

    12.078.000

    8

    1.350

    21.500

    29.025.000

    14.797.000

    14.228.000

    9

    1.500

    21.500

    32.250.000

    14.797.000

    17.453.000

    10

    1.600

    21.500

    34.400.000

    18.347.000

    16.053.000

    11

    1.800

    21.500

    38.700.000

    14.797.000

    23.903.000

    12

    1.900

    21.500

    40.850.000

    14.797.000

    26.053.000

    13

    2.000

    21.500

    43.000.000

    14.797.000

    28.203.000

    14

    2.000

    21.500

    43.000.000

    14.797.000

    28.203.000

    15

    2.000

    21.500

    43.000.000

    18.347.000

    24.653.000

    16

    1.900

    21.500

    40.850.000

    14.797.000

    26.053.000

    17

    1.800

    21.500

    38.700.000

    14.797.000

    23.903.000

    18

    1.700

    21.500

    36.550.000

    14.797.000

    21.753.000

    19

    1.600

    21.500

    34.400.000

    14.797.000

    19.603.000

    20

    1.400

    21.500

    30.100.000

    14.797.000

    15.303.000

    Total

    577.275.000

    279.856.333

    297.418.667

    2. Keuntungan

    Keuntungan = Pendapatan – total biaya

    = Rp577.275.000 – Rp265.406.333

    = Rp297.418.667

    c. Kelayakan Usaha

    1. Rasio R/C

    Rasio R/C  = Pendapatan : Total biaya operasional

    = Rp577.275.000 : Rp265.406.333

    = 2,18

    R/C lebih dari satu artinya usaha layak dijalankan. R/C 2,18 artinya setiap penambahan modal sebesar satu rupiah akan memberikan pendapatan sebesar Rp2,18.

    2. Return of Investment (ROI)

    ROI merupakan perbandingan antara keuntungan dan biaya operasional untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal.

    ROI = (Keuntungan : biaya operasional) x 100%

    = (Rp577.275.000 : Rp265.406.333) x 100%

    = 112%

    Artinya, setiap pengeluaran sebesar Rp1 akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp112.

    Demikian penjelasan mengenai Bisnis Perkebunan Kakao yang mungkin saja dapat menarik minat Anda. Untuk jenis agro industri lainnya, dapat Anda temukan dalam menu Agrobisnis yang membahas semua aspek bisnis pertanian dan perkebunan secara singkat dan lengkap.

    Post a Comment

    Previous Post Next Post

    Script Iklan Tengah Artikel

    Iklan Sticky Adsense